Menunggu Takdir Sang Pencipta
Coretan
kecil yang saya kutip dari sebuah curahan salah seorang sahabat saya. Dia
menceritakan sebuah kisah asmaranya yang berjalan tidak begitu baik dengan
seseorang yang sempat menjadi dambaan hatinya. Meski demikian banyak keluh yang
terjadi, dia pandai sekali mengambil sisi baik yang sudah berlalu dia lewati
dengan dengan kekasihnya. Aku pun sebagai pendengar bisa belajar dari berbagai
hal yang dia ceritakan. Meski tak semuanya baik ya itulah hidup, tidak semua
berjalan dengan baik pun demikian sebaliknya. “Hidup tak pernah berhenti
berjalan sebelum takdir menghendaki berhenti, aku tetap bersyukur dengan segala
hal yang terjadi meski tidak semuanya sesuai harapan. Karena aku percaya ada
hal yang lebih baik untukku, untuk kita”. Demikian kata dia.
8 Maret 2019
Hari
itu menjadi hari yang tidak akan pernah aku lupakan (mungkin). Tepat pada hari
jum’at pukul 16.00 WIB. Aku berangkat menuju Wonosobo (mendaki gunung). Semenjak
hari itu juga hubunganku dengan dia selangkah lebih maju. Ya, semenjak dari sana
kita mulai dekat. Dia memulainya melalui perkacapan yang membuatku mulai nyaman
dan terbawa suasananya. Tak berselang lama juga dia berani memanggil namaku
dengan panggilan “sayang”. Sepulang dari kota itu hubungan kami menjadi semakin
dekat dan bahkan serasa pacaran. Semenjak itu pula hari-hari terlewatkan dengan
begitu spesial, bahkan aku merasa tidak ada satu hari pun terlewatkan dengan
senyum bahagia yang lagi-lagi karena ulahnya.
15 Maret 2019
Hari
ini menjadi hari pertama kita bertemu setelah dari Wonosobo. Saya mengajak dia
ketemu dengan alasan rindu. Aku pun menyadari jika alasanku ini terlalu frontal
untuk wanita kepada prianya. Tapi memang itulah adanya. Kita bertemu di salah
satu warung kopi di Karanganyar. Dan lagi-lagi aku semangat sekali mendengarkan
setiap cerita yang keluar dari mulutnya. Waktu sudah semakin larut dan dia pun
mengajakku untuk segera beranjak menyudahi pertemuan hari ini. Dengan hati yang
semakin gembira kami beranjak untuk pulang dan aku pun diantarkan olehnya. Ditengah
perjalanan dia mengajakku ngobrol dan disitulah aku merasa dinding yang saya
bangun sedikit demi sedikit runtuh tanpa sisa. Ya, dia bilang padaku “Kita itu
aku anggap sebagai teman”. Harapan yang saya bayangkan bersama dia hilang
seketika. Semenjak hari itu aku hampa kembali. Setelah itu juga kami tidak lagi
berhubungan meskipun hanya chatingan selama berminggu-minggu lamanya.
Semenjak
hari itu saya berniat untuk terus mendoakannya. Menurutku, mendoakan adalah
berjuang tanpa takut kehilangan. Aku pun tidak terlalu paham kenapa aku begitu
yakin terhadapnya. Aku merasa bahwa aku tidak bisa menjauh ataupun membencinya,
entah kenapa alasannya.
22 April 2019
Jam
demi jam, hari demi hari, minggu demi minggu tidak ada waktu yang aku lewati
tanpa memikirkan pria itu. Memang kelihatan alay, tapi ya itulah adanya. Setelah
sekian lama tidak ada alasan untuk bertemu dengannya. Akhirnya hari itu aku
menemukan alasan untuk bisa bertemu. Meskipun dengan alasan yang sedikit lucu,
tapi aku tetap senang karena bertemu dengan dia. Bahkan aku sendiri sering
tertawa jika ingat hari-hari itu. Alasannya “aku mau balikin alat gunung di
tempat persewaan dan mau ketemu temanku yang kebetulan juga disana”. Alasan yang
begitu klasik, namun tidak ada pilihan lain saat itu.
Saat
sudah sampai disana, ternyata dianya malah tidak kelihatan atau memang sengaja
tidak mau nemuin aku. Sakit sih tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa tentang
ini. Aku hanya bisa menerima keadaan. Dan lagi-lagi ini sangat menyakitkan, dia
tidak mau menemuiku dengan alasan tidak pakai baju. Saat itu juga saya sempat
berfikir untuk menyerah, toh tidak ada gunanya juga aku berjuang sendiri. Sedangkan
dia tidak.
aku
sempat protes sama Tuhan, kenapa kisah cintaku serumit ini. Kenapa orang yang
aku cintai tidak demikian juga memiki perasaan yang sama. Kenapa?. Pikiran itu
semakin membuat hidupku tambah kacau. Hari demi hari aku lewati dengan perasaan
itu. Namun hal itu tidak berlangsung lama setalah aku bertemu dan menceritakan
perasaanku kepada temanku perihal sakit hati ini.
5 Mei 2019
Sore
hari itu tiba-tiba dia menghubungi temanku dan bertanya sedang dimana. Dia menyuruh
temanku untuk mempertemukannya denganku. Antara senang, bingung, susah. Iya susah,
susah move on. Dan akhirnya kami pun bertemu. Pulangnya pun kami diantar olehnya.
Soal hubungan kita, tidak ada peningkatan sama sekali. Sebatas aku mencintai
dia, namun dia mencintai orang lain.
5 Mei 2019 – Entah
Kita
akan menjadi teman dan tidak ada baper-baperan lagi, tidak ada sayang-sayangan
lagi. Dia mau kita cukup berteman saja. Aku pun mengiyakan kemaunnya. Aku sebenarnya
sampai sekarang masih sayang sama dia. Tapi aku juga berfikir, buat apa juga
aku berjuang. Aku memutuskan untuk mencintainya dalam diam.
Comments
Post a Comment